الخميس، 13 ديسمبر 2012

PERSAINGAN TIDAK SEHAT DALAM IKLAN MEDIA ELEKTRONIK



Perang Merek : Coca Cola vs. Pepsi

Sejak didirikan, Coca Cola baru mengeluarkan merek lain pada 1960-an, yakni Sprite, Fanta, dan Fresca. Diet Coke dan Cherry Coke diperkenalkan pada 1980-an sedangkan merek Powerade baru muncul pada 1990-an. Hingga saat ini, Coca Cola hanya berbasis pada kategori minuman dan belum merambah ke sektor lain.

Lain halnya dengan PepsiCo yang lebih peka dalam dan selangkah lebih maju dalam hal ini. Ketika Coca Cola sibuk membeli dan mengakuisisi perusahaan minuman lain di seluruh dunia, PepsiCo sudah selangkah lebih maju dengan merambah industri makanan, seperti berbagai macam snack berlabel Frito-Lay dan makanan sehat berlabel Quaker.

Hal ini menimbulkan persaingan tak sehat melalui iklan antara coca cola dengan pepsi dengan sangat menonjol saling menjatuhkan.Sangat tidak etis!!!,Namun di sukai oleh konsumen atas bentuk iklan yang unik ini namun seharusnya tidak patut di contoh.

Pepsi-Cola Company yang berdiri sejak 1898, sudah melakukan ekspansi bisnis ke beberapa produk makanan. Merger dengan Frito-Lay pada 1965 menandai lahirnya nama PepsiCo, sebagai payung perusahaan.

Perang merek yang membuat semua orang di dunia pemasaran menahan nafas, mengerinyitkan dahi dan kemudian garuk-garuk kepala, tentu saja antara dua merek raksasa yaitu Coca Cola dan Pepsi. Kedua-duanya berasal dari Amerika Serikat, negara yang sekarang sedang sibuk mengadakan pilcapres.

Semenjak dua merek tersebut ditahbiskan, masing-masing pada tahun 1886 dan 1903 antara keduanya sudah terjadi persaingan, saling sikut dan perang iklan, baik iklan cetak dan video. Mereka berambisi bisa meraih dominasi pasar minuman ringan berkarbonasi. Bisa dimaklumi kalau terkadang masalah etika sedikit terkesampingkan.

Iklan yang tidak etis antara Coca cola vs pepsi :
Banyak yang harus dibenahi dalam strategi perencanaan dan pemasaran Coca Cola agar bisa bersaing
Iklan merupakan hal yang sangat Taktis.
Demi menjaga loyalitas kalangan pelanggan, segala daya upaya pun dilakukan para produsen. Yang terutama adalah makin memperkuat lini pemasaran. Langkah seperti itulah yang kini tengah dilakukan PT Coca-Cola Indonesia. Lihat saja, mulai Januari ini, industri minuman ringan terbesar di dunia itu mulai mengusung tagline iklan terbaru bertajuk ”Hidup Ala Coca-Cola”.
Untuk mendukung program tersebut, anggaran yang disiapkannya pun tak tanggung-tanggung. Hanya untuk belanja iklannya saja (selama tahun 2007), Coca-Cola telah mengalokasikan dana sebesar Rp 50 miliar.

Ada sejumlah pertimbangan yang menjadi dasar perusahaan yang telah beroperasi sejak 1927 itu memperbarui kampanye beriklannya. Di antaranya, menurut Arif Mujahidin (Media Relations Manager Coca-Cola Indonesia), karena slogan yang lama—bunyinya ”Yang Segarnya Mantap Itu Coca-Cola”—yang sudah berjalan sejak tahun 2004—dianggap sudah tak sesuai lagi dengan tuntutan pasar.
Secara konsep, tagline yang baru itu merupakan kelanjutan dari slogan yang sebelumnya. Dan sebenarnya pula, slogan yang lama tidaklah buruk-buruk amat. Malah sebaliknya, menurut sejumlah pengamat di bidang ini, iklan tersebut terbilang berhasil menarik awareness masyarakat konsumen, khususnya di kalangan anak-anak muda. Kekuatannya, di antaranya, muncul dari sosok Jamie Aditya yang menjadi bintang dalam iklan itu, yang dinilai sukses memerankan figur orang desa yang lugu tapi memiliki ”selera” layaknya anak-anak kota.

Sungguh, iklan tersebut memiliki konsep yang amat taktis, terutama di tengah-tengah iklim persaingan antarproduk minuman ringan yang makin ketat seperti sekarang ini. Lewat slogan tersebut, Coca-Cola tak cuma bertekad mempertahankan pangsa di kalangan anak-anak muda di perkotaan, tapi juga mencoba memperluas pasar hingga ke pedesaan.

Nah, dengan tagline yang baru, tampaknya minuman ringan ini bersikeras makin memperkokoh eksistensinya. Dengan kata lain, menurut Arif, produk ini akan semakin mendapat tempat di kalangan remaja.

Itu sebabnya makna yang terkandung di dalam pesan iklan yang baru ini tak jauh dari kehidupan pasarnya, yakni mendorong kalangan remaja agar senantiasa bersikap positif, optimistis, dan menyadari bahwa kebahagiaan merupakan pilihan dalam menjalani hidup. Dengan konsep ini, plus dukungan anggaran yang terbilang besar, ”Target penjualan di tahun ini akan meningkat

Coca cola tahun 2008 ini juga melakukan promosi, Salah satu strategi pemasaran yang dianggap jitu adalah dengan memanfaatkan film-film sohor seperti James Bond 007. Berkenaan dengan hal itu, The Coca-Cola Company meluncurkan Coca-Cola Zero Zero 7 dalam satu kampanye pemasaran terintegrasi di lebih dari 50 negara seluruh dunia. Termasuk, Indonesia.

Produk minuman berasa mantan tanpa gula ini hadir dalam kemasan kaleng ukuran 250 mililiter dan 330 mililiter, serta botol plastik ukuran 1,5 liter. “Karakter James Bond sesuai dengan tema Coca-Cola Zero,”


Customer push

Coca-cola memiliki beberapa program untuk mendukung penjualan dan pemasaran produk-produknya. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen, yaitu:
- Program Promosi
Mempunyai program promosi yang beragam, yang tidak hanya untuk meningkatkan penjualan dan pemasaran, tetapi juga meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk .

- Layanan Konsumen
Di Coca-Cola, Customer Service System (CSS), sistem pelayanan pelanggan, didesain untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen secara terus-menerus terhadap produk-produk Coca-Cola dengan menyediakan pelayanan yang optimal kepada seluruh pelanggan berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing.

- Area Marketing Contractor
Terbatasnya sumberdaya dan kemampuan untuk melakukan pengembangan daerah tertentu, sekaligus komitmen untuk menciptakan peluang kerja yang luas di sektor informal, mendorong Coca-Cola untuk secara serius dan berkesinambungan mengembangkan jaringan Distribusi Tak Langsung (Indirect Distribution) berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Sistem Distribusi ini mengandalkan dua kelompok usaha kecil dan menengah yang terbagi dalam dua kelompok besar: Area Marketing Contractor (AMC) dan Street Vending.

- Layanan Pendingin Produk
Riset membuktikan bahwa 90% konsumen kami lebih menyukai membeli produk-produk Coca-Cola dalam keadaan dingin. Hal ini menunjukkan bahwa peranan Cold Drink Equipment (peralatan pendingin) sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan penjualan dan mendorong tingkat keuntungan para pelanggan.

- HoReCa
Dengan bekerjasama dengan berbagai Hotel, Restaurant,

-Merchandising
Menyediakan pernak pernik untuk mendorong konsumen membeli produk coca cola

Respon :

Pepsi hanya menjadi Raja pasar di Amerika.. Tapi secara dunia, Coca Cola menjadi Raja dengan brand yang sangat kuat. Coba kita bertanya ke salah satu orang di pelosok Indonesia, orang akan lebih mengenal Coca Cola daripada Pepsi.
Kalau kita perhatikan, iklan- iklan Pepsi banyak yang menggunakan pendekatan perbandingan.
Contoh, orang coca cola ternyata malah minum Pepsi. Atau tes rasa antara Pepsi dan Coca Cola, yang orang2 lebih memilih Pepsi.(mungkin, secara taste banyak orang mengatakan bahwa Pepsi memang lebih enak).

Menurut kami periklanan Coca Cola, masihlah kuat. Mungkin karena brandnya sudah begitu nempel, jadi iklannya pun lebih ke awareness konsumen saja dan hanya sekedar mengingatkan soal refreshing feeling-nya Coca Cola. Tidak lagi menyuruh orang membeli Coca Cola.

Coca cola tidak perlu membuat perbandingan dengan Pepsi…karena untuk apa? Toh coca cola sudah jadi leader.
Mengapa coca cola menciptakan banyak varian seperti New Coke (dulu,yang akhirnya di-tentang oleh konsumen loyal Coke di Amrik), Diet Coke atau Vanilla Coke… well, karena brand itu harus berkembang. Jadi bukan karena iklannya tidak membantu penjualan.

Demikian analisa tentang persaingan iklan antara coca cola dan pepsi cola.

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق